Hari ini, Jumat, 5 September 2025, suasana politik nasional kembali diwarnai oleh aksi demonstrasi yang digelar mahasiswa di depan Gedung DPR RI. Aksi tersebut merupakan lanjutan dari gerakan “17+8 Tuntutan Rakyat”, sebuah inisiatif yang menyatukan beragam aspirasi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Demonstrasi ini mencerminkan meningkatnya kepedulian publik, khususnya generasi muda, dalam mengawal jalannya demokrasi dan memastikan suara rakyat tetap didengar. Dengan dukungan ribuan peserta, pengawalan ketat aparat, serta sorotan luas media, aksi hari ini menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan politik Indonesia di tahun 2025.

Latar Belakang Gerakan “17+8 Tuntutan Rakyat”
Gerakan “17+8” pertama kali digaungkan oleh sekelompok figur publik, aktivis muda, hingga mahasiswa yang menggabungkan 17 tuntutan rakyat dengan 8 poin tambahan yang dianggap penting untuk masa depan bangsa. Total 25 poin ini mencerminkan keinginan masyarakat akan:
- Transparansi dan akuntabilitas pemerintah.
- Kebijakan ekonomi yang lebih berpihak pada rakyat kecil.
- Perlindungan lingkungan hidup.
- Reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi.
- Perbaikan sistem pendidikan dan kesehatan.
Gerakan ini dengan cepat viral di media sosial dan mendapat dukungan luas, terutama dari kalangan muda yang menilai pemerintah perlu lebih serius mendengar suara rakyat.
Jalannya Demonstrasi Hari Ini
Sejak pagi, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bandung, dan kota lain mulai berdatangan ke kompleks DPR RI. Mereka membawa spanduk, poster, hingga simbol-simbol unik yang memuat pesan satir dan sindiran untuk pemerintah serta DPR.
Beberapa spanduk bahkan menyita perhatian publik, seperti:
- “Bandung Bondowoso bisa bikin 999 candi semalam, masa DPR gak bisa selesaikan 17 PR rakyat?”
- “DPR = Dewan Paling Ramai, tapi jarang hadir sidang.”
Aksi hari ini berlangsung tertib meski penuh semangat. Massa menyuarakan orasi, menyanyikan lagu perjuangan, hingga melakukan teatrikal yang menggambarkan kondisi rakyat kecil.
Dukungan Tak Terduga dari Komunitas
Yang menarik, demonstrasi ini tidak hanya diikuti mahasiswa, tapi juga mendapat dukungan dari berbagai komunitas. Salah satunya adalah komunitas penggemar musik K-Pop, NCTzen, yang menyediakan logistik berupa makanan ringan, air minum, bahkan ambulans secara sukarela. Fenomena ini memperlihatkan bahwa isu politik kini telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat, bukan hanya kalangan aktivis..
Pengamanan dan Respons Aparat
Untuk menjaga ketertiban, 1.371 personel gabungan Polri dan TNI dikerahkan di sekitar lokasi. Polisi menutup sebagian akses jalan menuju kompleks DPR dan mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan parah. Kapolri memastikan aksi mahasiswa hari ini berlangsung aman dan tertib. Sementara itu, pihak TNI menegaskan bahwa keterlibatan intelijen hanya sebatas pemantauan untuk deteksi dini, bukan untuk memprovokasi massa.
Respons Publik dan Pemerintah
Publik menilai aksi hari ini sebagai cerminan kebangkitan kesadaran politik generasi muda. Banyak warga sekitar yang justru memberikan dukungan, bahkan ikut menyumbangkan makanan dan minuman. Sementara itu, pemerintah dan DPR hingga sore ini belum memberikan pernyataan resmi terkait kelanjutan tuntutan “17+8”. Namun, sejumlah anggota DPR menyebut akan menjadwalkan pertemuan khusus untuk membahas tuntutan tersebut.
Kesimpulan
Demonstrasi hari ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan sebuah simbol perlawanan damai dari rakyat kepada pemerintah. Melalui “17+8 Tuntutan Rakyat”, mahasiswa berhasil menunjukkan bahwa demokrasi hidup ketika suara rakyat lantang disuarakan di ruang publik. Aksi damai, dukungan lintas komunitas, serta kreativitas dalam menyampaikan aspirasi membuat gerakan ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Kini, bola ada di tangan pemerintah dan DPR: apakah mereka akan menanggapi tuntutan rakyat dengan serius, atau justru membiarkannya menjadi catatan sejarah baru tentang ketidakpekaan elite terhadap suara publik.